Fenomena Ghostwriter
KIAN mendekat ke tahun politik 2009, maka sembarang isu yang mengemuka ke tengah masyarakat sebagai calon pemilih, langsung ditangkap cepat sembarang kalangan yang merasa berhak bependapat. Sebut saja polemik kenaikan tarif BBM, air atau listrik termasuk di Batam. Namun agar pendapat itu bisa tersalurkan, dan syukur-syukur didengar masyarakat, maka cara mudah melirik media, terutama yang menyediakan rubrik opini dan interaktif.
Menjadi kian menarik, karena ternyata dari semua yang ingin bersuara itu, tak semuanya bisa menyampaikan secara tertulis, alias melalui artikel media. Meski secara subtansi, pemikiran dan logika pendapat yang bergemuruh di benak mereka jelas dan make sense. Namun, sama seperti di banyak tempat lainnya, itu agaknya bukan menjadi sebuah persoalan pelik. Karena selalu ada orang yang siap membantu menuangkan ide itu menjadi sebuah pendapat yang tersaji sebagai tulisan.
Maka bermunculanlah fenomena, dalam istilah orang bule, Ghostwriter (tapi bukan penulis hantu loh!) Di Kepri menurut penuturan seorang kawan memang ada kenyataan itu. Menariknya, motif dan kerjasama mereka beragam. Tapi, tujuannya sama ialah terdengarnya suara dan aspirasi mereka, tentu saja aspirasi pribadi apapun alasan pembungkusnya.
Lalu terjalinlah simbiosis mutualisme, dan beberapa varian sebagai hasil : (1) Tulisan pesanan, dan (2) Tulisan konsinyasi. Tulisan pesanan, Ghostwriter hanya menjadi penulis yang menuangkan ide dan pendapat pemesan, alias begitu keluar yang tertera nama (by line) pemesan. Dan sebagai kompensasi biasanya uang, atau bentuk tanda terima kasih lainnya. Tulisan konsinyasi, keduanya punya andil karena sama-sama membutuhkan dukungan. Ikatan kerjasamanya berupa, penulis yang mempunyai ide tapi menggunakan nama orang lain yang dianggap suaranya lebih didengar, minimal dianggap tokoh atau menokohkan diri. Kompensasi? Tidak selalu uang, tapi sebuah relasi.
Meski bukan fenomena baru, keberadaan Ghostwriter selalu menarik, terutama jelang tahun politik. Pasalnya, semua yang berkepentingan ingin didengar, dan memposisikan diri sebagai penyambung lidah suara yang tersendat, dipastikan tak bisa lama menafikan penulis hantu ini, eh..maaf Ghostwriter. Selebihnya, selamat mencermati dan mengenali fenomena ini! Tabik!
Selasa, 18 November 2008
Langganan:
Postingan (Atom)